tag:blogger.com,1999:blog-12388074195476514372024-03-05T18:27:49.762-08:00Be Your SelfBahlulhttp://www.blogger.com/profile/05760443716974501195noreply@blogger.comBlogger16125tag:blogger.com,1999:blog-1238807419547651437.post-53757373452943174302011-12-11T17:14:00.000-08:002011-12-20T20:12:21.419-08:00P A C A R A N ? ?<div class="fullpost"><div style="text-align: justify;">Kata temen2 dan sahabat saya.. GAK GAUL klo GAK PUNYA PACAR .... hahha</div></div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;">sungguh lucu sekali statement nya.. saya coba berfikir apa iya kita di sebut gaul klo kita punya pacar???</div></div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;">tapi aneh nya ketika saya tanya emang kamu pacaran mau ngapain ??</div></div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;">Mau nikah ?? jawabnya pake mikir-mikir lamaaaaa bangettt</div></div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;">Buat Motivasi ?? apa hanya harus dari seorang pacar kita dapet motivasi</div></div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">coba silahkan di tanya ke teman-teman kita yang sekarang "STATUS" nya "BERPACARAN" apa manfaatnya punya pacar...</div></div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;">oya saya bukan tipe orang yang anti berpacaran atau gak berani mengungkapkan isi hati...(prikitiwlah.. alay beud.... haha ) dan bukan berarti juga tidak ada cewek yang saya sukai... banyak yang saya suka kok.. namun sampai saat ini saya masih bingung dan belum menemukan jawaban yang Pas... dan alhamdulillah sampai saat ini masih terjaga.. <br />
oya klo seandainya saya mengungkapkan perasaan saya ke seseorang yg saya suka.. trus gak diterima?? syukur alhamdulillah... berarti peluang untuk Dosa berkurang pula... heheeh ... dan yang pasti Allah masih sayang kepada kita... hehe,,,,,,, nah... trus klo di terima.. saya bingung mau NGAPAIN ?... Nikah sekarang ?? itu gak mungkin ?? Ngasih Makan ?? apalagi gak mungkin... wong saya aja jajan masih pake hasil keringat orang tua.. masa sok-sok an mau ngasih makan anak orang... pokoknya saya bingung ... sudah coba saya tanyakan ke mereka yang statusnya berpacaran.. namun jawaban mereka normatif tidak ada yang bisa meyakinkan saya bahwa dengan BERPACARAN kita akan mendapatkan manfaat yang banyakk.....</div></div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;">Hal yang membuat saya TAKUT jika seandainya saya punya PACAR adalah kasih sayang yg saya miliki saat ini akan terbagi tidak adil... karena sudah banyak korban yang menganggap bahwa pacar adalah segalanya bahkan kasih sayang seseorang terhadap pacarnya lebih besar daripada kasih sayangnya kepada keluarganya sendiri terutama ADIKnya.. gak tega rasanya klo Adik kita sendiri yang menjadi korban ketidak adilan kasih sayang yang kita berikan..</div></div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;">saya tidak mengatakan punya pacar itu salah... tapi selayaknya kita orang yang bisa berfikir dan punya Ilmu silahkan di fikirkan dengan sebaik-baiknya... karena kita sudah dewasa dan bisa menentukan sikap sendiri... maka tentukanlah yang menurut anda itu benar...</div></div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;">Saya lagi mencoba SAY NO TO PACARAN... bagaimana dengan anda ?</div></div>Bahlulhttp://www.blogger.com/profile/05760443716974501195noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1238807419547651437.post-71530112240780441872011-12-11T07:35:00.000-08:002011-12-11T07:35:57.045-08:00S E H A RI = 2 4 J A MSudahkah kita menggunakan waktu kita dengan baik ???<br />
Seberapa banyak waktu yang kita gunakan untuk beribadah dan mengingat-Nya dalam satu hari ??<br />
Apa yang telah kita dapatkan dalam waktu 24 JAM ??<br />
<br />
Kita mungkin tidak pernah sadar dan menyadari bahwa kita telah banyak menyia-nyiakan waktu kita setiap harinya...<br />
Berapa banyak waktu kita yang hilang begitu saja hanya untuk melamun dan beraktifitas tak berguna...?<br />
Berapa banyak Orang tua yang menyesal karena waktu muda nya telah tersia-siakan begitu saja...<br />
<br />
yukk... mulai saat ini kita mencoba bangkit... tidak pernah ada kata Malu dan Terlambat untuk kebaikan... selama kita mau memperbaikinya pasti banyak cara yang bisa kita tempuh...<br />
<br />
24 JAM = S E H A R I<br />
bisa kah kita menggunakan minimal 2.5 jam/ harinya untuk memikirkan kebutuhan U K H R A W I...<br />
<br />
atau bahkan 8 jam / perharinya untuk beribadah...<br />
<br />
karena klo di hitung-hitung 24 jam itu bisa di bagi menjadi 3 kebutuhan dalam hidup ini :<br />
<ol><li>Kebutuhan Ibadah</li>
<li>Kebutuhan Belajar / Mencari Ilmu / Bekerja</li>
<li>Kebutuhan Istirahat </li>
</ol>Mudah-mudahan mulai saat ini saya, anda dan kita semua bisa menggunakan waktu 24 JAM / Harinya dengan sebaik mungkin... sehingga tidak ada kata menyesal menjalani hidup ini...<br />
<br />
** Lan Tarjial Ayyamul Lati Madhat ** = arab<br />
** Hari yang telah berlalu tak kan pernah kembali lagi **<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">Betapapun sulitnya kita menjalani Hidup ini, yakinlah masih ada harapan... </div>Bahlulhttp://www.blogger.com/profile/05760443716974501195noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1238807419547651437.post-71801146674529797802011-12-11T02:32:00.000-08:002011-12-11T02:32:59.894-08:00M U H A S A B A H C I N T A<div class="fullpost" style="text-align: center;">Wahai... Pemilik nyawaku<br />
Betapa lemah diriku ini<br />
Berat ujian dariMu<br />
Kupasrahkan semua padaMu<br />
<br />
Tuhan... Baru ku sadar<br />
Indah nikmat sehat itu<br />
Tak pandai aku bersyukur<br />
Kini kuharapkan cintaMu<br />
<br />
Reff. :<br />
Kata-kata cinta terucap indah<br />
Mengalun berzikir di kidung doaku<br />
Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku<br />
Butir-butir cinta air mataku<br />
Teringat semua yang Kau beri untukku<br />
Ampuni khilaf dan salah selama ini<br />
Ya ilahi....<br />
Muhasabah cintaku...<br />
<br />
Tuhan... Kuatkan aku<br />
Lindungiku dari putus asa<br />
Jika ku harus mati<br />
Pertemukan aku denganMu</div><div class="fullpost" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="fullpost" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="fullpost" style="text-align: center;">edcoustic</div>Bahlulhttp://www.blogger.com/profile/05760443716974501195noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1238807419547651437.post-82029961032073089942011-12-11T01:55:00.000-08:002011-12-11T01:55:02.752-08:00G J<div style="text-align: justify;">Anggaplah diri kita MAMPU melakukan apapun, jangan pernah mengatakan Menyerah sebelum kita mencoba nya... oleh karenanya gunakanlah kemampuan komunikasi kita untuk meningkatkan kualitas pribadi kita saat ini...klo bukan kita siapa lagi yang akan peduli dengan diri kita...</div><div style="text-align: justify;">Jika kita cukup sadar dengan kemampuan yang kita miliki teruslah perbaiki segala kekurangan itu untuk menjadi kan diri kita terlihat sempurna walaupun kita tidak akan pernah menjadi orang yang sempurna....</div>Bahlulhttp://www.blogger.com/profile/05760443716974501195noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1238807419547651437.post-63701264750640715432011-12-08T09:39:00.000-08:002011-12-08T09:39:13.322-08:00M A A F !!!<div class="fullpost" style="text-align: justify;">ada beberapa HAL yang aneh akhir-akhir ini..... entah dari mana awal mulanya permasalahan itu muncul, yang jelas saya merasakan banyak sekali orang-orang terdekat yang telah saya sakiti HATI nya... baik lewat Tutur kata yang saya ucapkan ataupun dari tingkah laku yang saya perbuat....<br />
tapi apapun yang saya lakukan itu murni dari kesalahan pribadi yang LEMAH ini,,,,, tidak ada maksud sama sekali melukai apalagi membenci....<br />
<br />
<div>2 bulan terkhir ini,, merupakan bulan terburuk saya di bandung.... mungkin itu semua terjadi karena saya JAUH DARINYA... seakan sudah lupa dan tidak memerlukan-Nya.. padahal DIA (Allah) adalah sebaik-baiknya tempat kita mengadu, bersimpuh dan kembali...<br />
<br />
MOHON MAAF !!! mungkin itulah kata yang pantas saya ucapkan...kepada : <br />
ALLAH : Hambamu ini telah lalai dalam melaksanakan perintahmu... </div><div>Ayah dan Ibu : anakmu ini selalu merepotkan kalian dan saat ini anakmu terlalu sibuk mengurusi permasalahan organisasi... dan sedikit mengesampingkan kuliahnya.. padahal tau klo kuliah itu kewajiban.. parahnya lagi sampai saat ini pun anakmu ini masih bingung apa yang dikuasai dan mau apa setelah Lulus nantinya.... tapi ayah dan ibu gak usah khawatir di sisa waktu kuliah yang tinggal di penghujung ini.. anakmu akan memberikan yang terbaik dan berjanji akan membuat ibu dan ayah tersenyum dan bangga... </div><div> </div><div>Adik-adikku Tersayang : Perhatian dan kasih sayang kakak untuk kalian masih kurang... kadang kakak terlalu sibuk dengan kesenangan pribadi tanpa memikirkan kalian.... sungguh kakak merasakan penyesalan yang amat dalam,, karena sampai saat ini kakak belum bisa memberikan contoh yang terbaik dan belum bisa membimbing kalian dengan INTENSIF... tapi satu keyakinan yang membuat kakak merasa aman, karena kalian adalah adik-adik kakak yang terbaik yang bisa menjaga diri sendiri dan tidak akan mudah terwarnai oleh orang-orang yang ada di sekeliling kalian.. terkhusus : </div><div><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLuN_Vw-szjLU9iDocwkzMFF5KPFwl_rzlyEh2YdJVAGzSgE4HuzH3f8vKcq00cNuCVgvFsJIJHSksOVbt4wKHv5rBAhhyphenhyphen_M0qDz31oMmHZuWEdy45c7pOMa47KXDAEPxVLJi3boF9kjI/s1600/2.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLuN_Vw-szjLU9iDocwkzMFF5KPFwl_rzlyEh2YdJVAGzSgE4HuzH3f8vKcq00cNuCVgvFsJIJHSksOVbt4wKHv5rBAhhyphenhyphen_M0qDz31oMmHZuWEdy45c7pOMa47KXDAEPxVLJi3boF9kjI/s200/2.JPG" width="200" /> </a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Ai Hilmawati</div><div>kuliah yang baik yah.. dan semoga kedewasaan AI bertambah...</div><div> </div><div> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtBaBKEtroTf9kpNCY9AQlyF8-y_RtH3y8Kh-2IEatqpJO2YWWKzUOwqtnAawfaSNslYfqTA6kI2CKz5qySA8lGziHqe6oJUa3Bd2h-YpV8dekPCMBsBGkkAo9Zy2czFvlWxuw_T1VGfE/s1600/IMG_1403.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtBaBKEtroTf9kpNCY9AQlyF8-y_RtH3y8Kh-2IEatqpJO2YWWKzUOwqtnAawfaSNslYfqTA6kI2CKz5qySA8lGziHqe6oJUa3Bd2h-YpV8dekPCMBsBGkkAo9Zy2czFvlWxuw_T1VGfE/s200/IMG_1403.JPG" width="150" /></a></div><div>ini adik yang paling cerdas untuk saat ini.... ABDUL JALIL..... trus Lanjutkan Prestasinya yah.. jangan pernah Bosan..</div><div> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4khn2ell6zKKd9m2fuIIQu7k7q0yOAHTaoo3M3ORDUtUYuhncd781sTYbLCNSaVPnbSexy816ekKd-SeefA-J1SVi-bPAeC0BsusQDuBscSL6ZKI-elsXKBGp7xCUJIR8ikfMfROTEIo/s1600/S6300068.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4khn2ell6zKKd9m2fuIIQu7k7q0yOAHTaoo3M3ORDUtUYuhncd781sTYbLCNSaVPnbSexy816ekKd-SeefA-J1SVi-bPAeC0BsusQDuBscSL6ZKI-elsXKBGp7xCUJIR8ikfMfROTEIo/s200/S6300068.JPG" width="200" /></a></div><div> yang kanan, dy lagi mondok LUTVI namanya... gali terus potensinya yah vi.. </div><div><br />
</div><div>mereka ber3 saat ini sedang menempuh pendidikan yang jauh dari rumah.. jaga selalu kesehatan dan keselamatannya yah.. </div><div><br />
</div><div>SAHABAT dan TEMEN-TEMEN : Jika akhir-akhir ini, melihat saya agak sedikit aneh dan kurang bisa menahan EMOSI.. serta raut muka yang kurang bersahabat... I.allah mulai minggu depan saya akan lebih bersahabat lagi dengan kalian semua.. dan bertutur serta tingkah yang baikkk.... semoga apa yang sudah terjadi tidak terulang kembali..<br />
<br />
<br />
akhir kata.... MAAF dan TERIMAKASIH atas segala perhatian dan pengertian kalian semua... sungguh kalian adalah segalanya bagi saya... tanpa kehadiran kalian motivasi untuk menjadi pribadi yang berdikari, berprestasi dan mandiri itu sulit..<br />
<br />
senyum kalian adalah SECOND POWERS yang tak ternilai harganya....</div></div>Bahlulhttp://www.blogger.com/profile/05760443716974501195noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1238807419547651437.post-89856437296844602592011-12-08T08:15:00.000-08:002011-12-08T08:15:27.949-08:00Jauh Darimu !!!<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Akhir-akhir ini saya merasakan betapa LEMAH nya diri ini dihadapanmu YA ALLAH..... kenikmatan beribadah yang dulu senantiasa saya rasakan... kini terasa amat jauh.... mungkin sudah saatnya saya untuk berbenah menata diri dan kembali ke Jalanmu yang LURUS.....</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Maka nikmat manakah yang kamu dustakan??? semoga engkau memberikan kemudahan kepada hamba untuk bisa mendekatkan diri ini.... tiada lagi yang bisa menenangkan hati setiap insan kecuali hanya mengingatmu... Maka berilah hamba teguran jika lalai atas segala perintahmu..... I LOVE U >> ALLAH</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5KLAUbuygaY8Puh1_Rkc6REvRLq05yacQFLN4EIpb8D3iqWOM2P8tpZ4-u4cBkNE9vWgbblkDZG7wbAT_6_JskemwcGeillFwx-mXZ6JsJiLssVpGVqgNscId5DXMR5Un7lyJGmj7UME/s1600/Love+Allah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5KLAUbuygaY8Puh1_Rkc6REvRLq05yacQFLN4EIpb8D3iqWOM2P8tpZ4-u4cBkNE9vWgbblkDZG7wbAT_6_JskemwcGeillFwx-mXZ6JsJiLssVpGVqgNscId5DXMR5Un7lyJGmj7UME/s320/Love+Allah.jpg" width="289" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br />
</div>Bahlulhttp://www.blogger.com/profile/05760443716974501195noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1238807419547651437.post-11846795619385509572011-10-26T11:24:00.000-07:002011-10-26T11:30:23.898-07:00Leptopku Sayang,,,3 minggu sudah berlalu... tepatnya Senin, 10 Oktober 2011... malam itu menjadi malam terakhir saya bisa menemani leptop tersayang *LEBAY* haha..dan tidur bersamanya...<br />
sedih memang,, di tinggal sesuatu yang amat kita sayang.. lenyap begitu saja entah kemana di bawa pergi orang yang tak bertanggung jawab....<br />
<br />
<div>Ingin rasanya menangis.... menghilangkan rasa kesedihan ini, terlebih... sampai saat ini belum menemukan dan belum diberikan penggantinya oleh Allah SWT,,,<br />
Namun,,, peristiwa ini sungguh memberikan pelajaran yg amat berharga... klo pepatah bilang :<br />
" Pengalaman adalah guru yang paling berharga.." nah begitupun dengan kejadian ini... baru pertama kalinya saya merasakan kehilangan sesuatu yang amat saya sayangi.. dan sudah menjadi bagian dari hidup saya... hehehe<br />
ketika ngelamun dan inget denganya ingin rasanya ngamuk dan marah sejadi-jadinya... namun apalah daya... apapun yg kita milki sejatinya hanya sebuah titipan...tak perlu kita sesali berlebihan bahkan jika perlu mestinya kita syukuri... karena cobaan dan ujian ini adalah bagian dari bukti kasih sayang Allah kepada hambanya,,,,</div><div><br />
</div><div><div style="text-align: center;">" ALLAH tidak akan memberikan hambanya cobaan dan ujian melebihi batas kemampuanya.. "</div><div style="text-align: center;">" Bersyukurlah ketika kita di berikan ujian.. karena Ujian dan Cobaan adalah bentuk kasih sayang Allah kepada Hambanya " Be positive...</div></div>Bahlulhttp://www.blogger.com/profile/05760443716974501195noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1238807419547651437.post-41300821027004030922011-08-15T19:17:00.000-07:002011-08-15T19:17:45.141-07:00BERUBAH<div class="fullpost" style="text-align: justify;"><div style="text-align: justify;"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>AR-SA</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--> </div><div style="color: black; font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;"><span style="font-size: large;"><b>Allah tidak akan mengubah suatu kaum, kecuali kaum itu mengubah dirinya sendiri…</b></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Wajar saja jika kalian menganggap saya sudah berubah…</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Yah demikianlah memang saya saat ini.. ini semuanya saya lakukan untuk kebaikan kita bersama..</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sungguh tidak pernah ada perasaan benci apalagi marah.. ini murni karena saya ingin merubah segalanya menjadi lebih baik….. ingin rasanya memulai hidup dari NOL kembali.. seakan saya adalah orang yang baru datang di kehidupan kalian, walaupun dalam hati ini kalian tetep menjadi bagian dari keluarga kehidupan yang telah memberikan banyak kenangan indah disini (read : bandung).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: center;">Sudah terlalu banyak SALAH yang saya lakukan…</div><div> </div><div style="text-align: center;">Sudah terlalu banyak kata-kata yang menyakiti hati kalian…</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: center;">Sudah terlalu banyak tingkah dan sikap yang melukai kalian…</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: center;">Maaf atas segalanya….</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: center;">Canda yang berlebihan…</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: center;">Kata-kata yang tak diinginkan…</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: center;">Ini semua murni karena kekhilapan…</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: center;">Tidak ada maksud apapun kecuali hanya untuk kebaikan bersama…</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: center;">Ini semua saya lakukan dari hati yang tulusss….</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dan saya ingin berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik yang bisa hidup MANDIRI diatas segala kekurangan yang saya miliki saat ini.. karena saya yakin Allah tidak akan merubah siapapun kecuali kita merubah diri kita sendiri….</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><strong>Yang terbaik, adalah orang yang jujur dan bermanfaat bagi sesama..</strong></div></div>Bahlulhttp://www.blogger.com/profile/05760443716974501195noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1238807419547651437.post-62753745809479303022010-10-31T08:05:00.000-07:002011-08-15T16:34:02.196-07:00TALK LESS DO MORE<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><b><span style="font-size: large;">NATO : NOT ACTION TALK ONLY</span></b></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><b><span style="font-size: large;">NATO : NGOMONG ASAL TANPA OTAK ...... </span></b></div><br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Saat ini kita membutuhkan orang-orang yang <span style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: large;"><b>BICARA </b>sedikit dan <b>BEKERJA</b> banyak</span>..... <span style="font-size: small;">sudah terlalu banyak diantara kita yang pandai dalam berkomunikasi tanpa aplikasi.... mungkin termasuk salah satunya adalah penulis sendiri atau bahkan anda sebagai pembaca....</span></div><br />
<br />
<b style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><span style="font-size: large;">MARI KITA SAMA-SAMA BERINTROSPEKSI DIRI</span></b>Bahlulhttp://www.blogger.com/profile/05760443716974501195noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1238807419547651437.post-39682622610842465812010-10-28T10:42:00.000-07:002011-08-15T16:34:47.867-07:00LEMBARAN BARU<span style="font-size: small;">Penyesalan memang tiada akhir.......Apalah gunanya kita memikirkan masa lalu yang tak akan pernah kembali... sungguh naif bila kita menilai hidup ini telah berakhir tanpa harapan karena masa lalu kita yang kelam.......</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: large;"><b>APA HANYA SAMPAI DISINI PERJUANGAN KITA ???</b></span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">sudah saatnya kita mulai bangkit kawan.... menyongsong masa depan yang lebih indah....</span><br />
<span style="font-size: small;">mari kita tinggalkan kebiasan jelek yang selalu menghantui kita.... dan memulai dengan lembaran baru yang suci....</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span>Bahlulhttp://www.blogger.com/profile/05760443716974501195noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1238807419547651437.post-10295009772639406862010-01-28T22:18:00.000-08:002010-01-29T04:48:58.683-08:00Ilmu, Ulama dan Peradaban Islam<div class="fullpost" style="text-align: justify;"><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><i>"Orang yang tahu, tapi ia tidak tahu bahwa dirinya tahu. Inilah orang yang lupa. Maka ingatkanlah ia" </i></b></div><div class="MsoNormal"><span lang="SV" style="font-size: 10pt;"><br />
</span><b><span lang="SV" new="New" style="font-size: 10pt;"></span></b><span ,="," new="New" roman="roman" style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal"><img align="right" height="225" mce_src="/images/stories/ilustrasi-otak_thumb.jpg" src="http://hidayatullah.com/images/stories/ilustrasi-otak_thumb.jpg" width="300" /><span lang="SV" style="font-size: 10pt;">“Mengapa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin ia berbuat salah? Apa kalau begitu, tidak sebaiknya menjadi orang bodoh saja?" Begitu tanya seorang teman dekat saya. Saya tentu saja tertegun dibuatnya. Bukan apa-apa, dia adalah seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi Islam di Jawa Timur. </span><span ,="," new="New" roman="roman" style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="SV" style="font-size: 10pt;">Saya tidak habis pikir, bagaimana mungkin pertanyaan ini lahir dari para mahasiswa yang sedang berada di jenjang pendidikan tinggi. Tidakkah mereka menyadari bahwa mereka sendiri sedang berproses menjadi orang "pintar"? Bukankah dia berada di sebuah perguruan tinggi Islam, yang seharusnya menjadi tempat pelopor bagi "kegiatan intelektual" umat Islam.</span><span ,="," new="New" roman="roman" style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="SV" style="font-size: 10pt;">Lalu, bagaimana peradaban Islam akan maju jika umatnya berpandangan dan bersikap demikian? Terlepas dari pertanyaan-pertanyaan ini, saya menyadari, yang ketika itu mereka fikirkan dan yakini, yang kemudian mereka ekspresikan ke saya dalam bentuk pertanyaan, adalah satu 'akumulasi' kebingungan, kegundahan, dan pencarian jawaban.</span></div><div class="MsoNormal"><a name='more'></a><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV" style="font-size: 10pt;">Tak dapat disangkal, inilah hasil dari "menu" harian kita. Di mana banyak orang dengan pendidikan tinggi "mempertontonkan" kecerdikannya dalam menyakiti rakyat. Lihatlah kasus korupsi yang sedang ramai menjadi perhatian kita. Para pencuri dan penilap uang rakyat bukanlah orang-orang bodoh. Mereka justru orang-orang pandai dengan latar-belakang ilmu yang tinggi.</span><span ,="," new="New" roman="roman" style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="SV" style="font-size: 10pt;">Jika kasus-kasus kejahatan ekonomi dan sosial –dengan pelaku kejahatan adalah orang cerdik pandai—terus berlangsung, bukan tidak mungkin akan menjadi persepsi negatif di pikiran masyarakat bahwa semakin tinggi ilmu seseorang, makin mudah baginya untuk menipu atau berjuat jahat.</span><span ,="," new="New" roman="roman" style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="SV" style="font-size: 10pt;">Realitas ini menarik kita bahas tentang "siapa orang berilmu"? Dalam terminolgi Islam “orang yang berilmu” dikenal dengan ulama. Maka dari itu, kita perlu melihat kembali secara jernih dan mendasar, siapa sebenarnya 'orang berilmu” dan siapa ulama sesungguhnya? Apakah setiap orang yang hanya karena telah menempuh satu pendidikan tertentu langsung disebut ulama? Jika tidak, lantas, siapa mereka (ulama)? Dan bagaimana seharusnya mereka bersikap dan menggunakan ilmunya? </span><span ,="," new="New" roman="roman" style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal"><b><span lang="SV" style="font-size: 10pt;">Ulama: Ilmu dan Amal</span></b><span ,="," new="New" roman="roman" style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="SV" style="font-size: 10pt;">Untuk mengenal diri kita dari kaca mata keilmuan dan pengamalannya, menarik melihat apa yang dikatakan oleh Al-Khalil bin Ahmad: "<i>Arrijaalu arba'ah: Rajulun yadrii wa yadrii an-nahu yadrii fadzalika 'alimun fas-aluhu, wa ra julun yadrii wa laa yadrii an-nahu yadrii fadzalika naasin fa dzakkiruhu, wa rajulun laa yadrii wa yadrii an-nahuu laa-yaddri fa dzalika mustarsyidun fa-arsyiduhu, wa rajulun la yadrii wa laa yadriii an-nahuu laa yadrii fa dzalika jaahilun farfudhuhu.</i>" (Orang itu terbagi menjadi empat karakter. <i>Pertama</i>, orang yang tahu, dan ia tahu bahwa dirinya tahu, dialah orang alim, maka bertanyalah (belajarlah) kepadanya. <i>Kedua</i>, orang yang tahu, tapi ia tidak tahu bahwa dirinya tahu. Inilah orang yang lupa. Maka ingatkanlah ia. <i>Ketiga</i>, orang yang tidak tahu, dan ia tahu bahwa dirinya tidak tahu. Inilah orang yang minta bimbingan, maka bimbinglah ia. <i>Keempat</i>, orang yang tidak tahu, tapi ia tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu, inilah orang bodoh. Maka jangan bergaul dengannya) (Baca: Imam al-Mawardi dalam Adab ad-Dunya wa ad-Diin: 86).</span><span ,="," new="New" roman="roman" style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="SV" style="font-size: 10pt;">Demikianlah, orang alim itu adalah orang yang tahu dan ia tahu bahwa dirinya tahu. Orang ini paham apa yang harus dilakukan dan apa yang harus ditinggalkan. Tidak sekedar itu, ia juga tahu hak-hak ilmu, kemudian menunaikannya. Artinya, walaupun seseorang itu sudah menempuh jenjang pendidikan tertentu, namun ia belum dikatakan sebagai seorang 'alim’ kecuali setelah mengamalkan ilmunya. Hal ini telah diungkapkan juga oleh Ali ibn Abi Thalib, "<i>innamal alim man amila bima alima</i>." Ini karena tujuan utama ilmu adalah untuk diamalkan. Dan amal itu sendiri harus dilandasi oleh ilmu. Atau dengan kata lain, orang alim itu hanya mengamalkan apa yang diilmuinya.</span><span ,="," new="New" roman="roman" style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="SV" style="font-size: 10pt;">Berikutnya, orang alim itu tidak akan merasa puas dengan ilmu yang diketahuinya. Justru ia akan merasa perlu untuk belajar dan terus belajar. Dalam hal ini, Abdullah bin Mubarak berkata, "Seseorang tetap dikatakan alim selagi ia terus menuntut ilmu. Jika ia menyangka ilmunya telah cukup, maka sesungguhnya dia masih bodoh." Dan dalam sejarah, kita tahu, Imam Ahmad yang telah hafal satu juta Hadits (menurut ar-Razi), tidak pernah lepas dari pena dan tinta. Saat beliau ditanya oleh seseorang, "sampai kapankah Anda membawa tinta?" Beliau menjawab, "membawa tinta sampai ke kubur." Di sini, sungguh beliau bertekad mencari ilmu hingga ajal menjemput. Sebuah proses pendidikan yang <i>tuula az-zaman</i>.</span><span ,="," new="New" roman="roman" style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="SV" style="font-size: 10pt;">Atas dasar ini, tidak heran jika kelompok umat yang memiliki karakter kedua di atas tidak dimasukkan dalam golongan ulama. Sebab, mereka ini memang sudah mengetahui ilmu, tapi perbuatannya bertentangan dengan apa yang diketahuinya. Mungkin, sebagian besar dari kita masuk kategori ini. Kita sudah mengetahui suatu perintah, tapi belum juga melaksanakan. Sudah tahu yang haram, namun masih lebih sering terjerumus ke dalamnya. Padahal, di saat bersamaan kita juga tahu yang halal. Maka, dalam keadaan seperti ini kita perlu diingatkan. Misalnya dengan secara rutin mendatangi majelis-majelis. Insya Allah dengan cara ini, kelalaian kita akan cepat teratasi, sehingga kita bisa meningkat ke peringkat pertama tadi.</span><span ,="," new="New" roman="roman" style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="SV" style="font-size: 10pt;">Jika tidak melakukan ini, berarti kita memelihara "kelalaian" itu. Padahal, tidak ada yang lebih berbahaya dari orang yang dianggap mengetahui ilmu, tapi menyengaja berbuat dosa. <i>Na'udzubillahi min dzalik</i>. Umar bin Khattab berkata:</span><span ,="," new="New" roman="roman" style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal"><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size: 10pt;">قال عمر رضي الله عنه</span><span dir="ltr"></span><span lang="SV" style="font-size: 10pt;"><span dir="ltr"></span>: </span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size: 10pt;">إن أخوف ما أخاف على هذه الأمة المنافق العليم</span><span dir="ltr"></span><span lang="SV" style="font-size: 10pt;"><span dir="ltr"></span>. </span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size: 10pt;">قالوا وكيف يكون منافقا عليما؟ قال عليم اللسان جاهل القلب والعمل</span><span ,="," new="New" roman="roman" style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="SV" style="font-size: 10pt;">(<i>Sesungguhnya di antara yang saya khawatirkan terjadi pada umat ini adalah adanya seorang munafik yang alim." Orang-orang bertanya, "Bagaimana ada munafik tapi alim?" Beliau menjawab, "Yakni orang yang hanya pintar di lidah, namun bodoh dalam hati dan amalnya). Imam al-Ghazali menyebut mereka ini sebagai 'ulama su', yang justru akan melemahkan pondasi bangunan peradaban Islam.”</i> (Baca: Ihya' Ulumiddin).</span><span lang="SV" new="New" style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="SV" style="font-size: 10pt;">Demikianlah, tidak semua orang yang punya ilmu itu disebut sebagai <i>'alim</i> (jamak: 'ulama), apalagi mereka yang memang tidak berilmu, seperti yang tergambar dalam kategori ketiga dan keempat di atas. </span><span lang="SV" new="New" style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="SV" style="font-size: 10pt;">Pemetaan ini penting kita ketahui, agar kita tidak salah dalam melihat fenomena yang berkembang, di mana ada sebagian orang yang punya ilmu malah "memimpin" pelanggaran ajaran agama. Jika tidak, kita akan berfikir, lebih baik tidak menuntut ilmu daripada ikut-ikutan terjerumus pada perbuatan salah itu. Padahal, sebagaimana dinyatakan oleh Sahl rahimahulla, "<i>Tidaklah Allah Azza wa Jalla didurhakai dengan kedurhakaan yang lebih buruk dari kebodohan. Dan kebodohan yang paling parah adalah bodoh terhadap kebodohannya sendiri.</i>"</span><span ,="," new="New" roman="roman" style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="SV" style="font-size: 10pt;">Di samping itu, yang perlu kita sadari adalah, adanya "tuntutan" agar mengamalkan ilmu yang kita peroleh itu 'tidak boleh' meniadakan kemauan atau rasa tanggung jawab untuk menuntut ilmu. Sebab, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengamalkan ilmu yang kita miliki merupakan satu kesalahan itu sendiri. Ini telah nyata tergambar dalam pernyataan Abu Hurairah ketika ditanya oleh seseorang:</span><span ,="," new="New" roman="roman" style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal"><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size: 10pt;">وقال رجل لأبي هريرة رضي الله عنه</span><span dir="ltr"></span><span lang="SV" style="font-size: 10pt;"><span dir="ltr"></span>: </span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size: 10pt;">أريد أن أتعلم العلم وأخاف أن أضيعه، فقال</span><span dir="ltr"></span><span lang="SV" style="font-size: 10pt;"><span dir="ltr"></span>: </span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size: 10pt;">كفى بترك العلم إضاعة له</span><span dir="ltr"></span><span lang="SV" style="font-size: 10pt;"><span dir="ltr"></span>.</span><span ,="," new="New" roman="roman" style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="SV" style="font-size: 10pt;"> (Sebenarnya saya ingin menuntut ilmu, tapi saya takut akan menyia-nyiakannya (yakni khawatir tidak bisa mengamalkannya)." Beliau menjawab, "cukuplah kamu dianggap menyia-nyiakan ilmu jika kamu tidak mau belajar).</span><span lang="SV" new="New" style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal"><b><span lang="SV" style="font-size: 10pt;">Pondasi Peradaban</span></b><span ,="," new="New" roman="roman" style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="SV" style="font-size: 10pt;">Apa yang terjadi di atas, selayaknya menjadi pelajaran berharga bagi mereka yang telah mencapai tingkat tertentu dalam menuntut ilmu. Di mana gerak-gerik mereka sangat mempengaruhi pandangan masyarakat. Jika mereka berbuat positif, maka secara tidak langsung telah mengajak dan mendorong masyarakat untuk terus menuntut ilmu. Namun sebaliknya, jika dengan ilmunya itu kemudian seseorang malah berbuat yang tidak terpuji, tentu lambat laun ini akan memberi pengaruh negatif terhadap masyarakat luas.</span><span ,="," new="New" roman="roman" style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="SV" style="font-size: 10pt;">Tentu, bagi kita semua, ketakutan masyarakat yang muncul akibat perilaku buruk orang-orang yang punya ilmu itu menjadi satu keprihatin. Bagaimana tidak, saat ini, kita sedang berjuang membangun kembali Peradaban Islam. Sejarah telah berbicara, kebangkitan peradaban Islam ditopang oleh ilmu pengetahuan sehingga, upaya membangun kembali bangunan ilmu pengetahuan yang sedang nyaris lumpuh adalah dengan menegakkan kembali bangunan ilmu pengetahuan. Sebab dalam Islam, ilmu merupakan prasyarat untuk menguasai dunia, akhirat, dan dunia-akhirat sekaligus. Atau, dapat dikatakan, ilmu adalah akar peradaban dan peradaban adalah buah dari ilmu pengetahuan. Dengan demikian, kemunduran umat Islam saat ini lebih karena krisis ilmu.</span><span ,="," new="New" roman="roman" style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="SV" style="font-size: 10pt;">Melihat hal ini, tidak heran jika dalam perkembanganya, ulama-ulama yang lahir dari "aktifitas" menuntut ilmu tersebut sangat mewarnai maju-mundurnya peradaban Islam. Bahkan, bisa dibilang 'sangat menentukan'. </span><span lang="SV" new="New" style="font-size: 12pt;"></span></div><span lang="SV" style="font-size: 10pt;">Karena itu, sekali lagi, kita sangat prihatin manakala ada yang berfikir dan berpandangan bahwa aktifitas menuntut ilmu itu tidak akan mendatangkan suatu manfaat, bahkan sebaliknya. Sungguh, ini perlu pelurusan. Dalam hal ini, semoga tulisan yang serba singkat ini memberi sedikit kontribusi. <i>Wallahu a'lam bi as-shawab</i>.[<a href="http://www.hidayatullah.com/" mce_href="http://www.hidayatullah.com">www.hidayatullah.com</a>]</span><br />
</div>Bahlulhttp://www.blogger.com/profile/05760443716974501195noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1238807419547651437.post-91102637346505014862010-01-28T20:33:00.000-08:002010-01-28T20:40:36.710-08:00Peliharalah Rasa Malu...<div class="fullpost" style="text-align: justify;"><div style="text-align: justify;">Berbeda dengan malu dalam pengertian umum, Al-haya’, adalah malu yang didorong oleh perasaan terhina atau melanggar prinsip syariat</div><div style="text-align: justify;"> <br />
<i><b></b></i>Seorang teman, sedang memamerkan foto bersama sang kekasihnya di laman <i>Facebook </i>dan jejaring sosial. Foto-fotonya yang nampak mesra ditampilkan begitu sangat terbuka dan bisa dilihat atau diakses pihak lain. “Aku jika punya pacar selalu aku <i>publish</i>, “ujarnya suatu ketika ditanya alasannya. Padahal, mereka belum terikat sebagai pasangan suamu istri yang sah.</div><div style="text-align: justify;">Suatu kali seorang pejabat tinggi di Jawa Timur pernah berangkat haji dengan rombongan besar. Bersama istri, anak, keluarga dan kerabatnya mengunjungi tanah suci, ia tanpa malu menggunakan fasilitas negara yang diambil dari pajak rakyatnya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><a name='more'></a><br />
Di TV masyarakat sering menyaksikan, di ruangan rapat anggota DPR (DPRD) banyak yang kosong. Sebagian sering menguap karena ngantuk, bahkan ada yang tidur-tiduran. Sedih juga melihatnya. Padahal digaji besar dari uang rakyatnya, namun ia tak merasa malu disaksikan jutaan orang.<br />
<br />
Masih di TV, seorang terdakwah koruptor kelas kakap, yang telah menilap dan merugikan uang negara masih bisa tersenyum ketika para wartawan TV menyorot wajahnya.<br />
<br />
Di akhir zaman seperti ini, istilah malu mungkin hanya slogan. Orang yang masih memiliki rasa malu mungkin sangat langka. Yang ada justru sebaliknya. Yang dapat kita jumpai di hampir semua lapisan sosial, baik, individu, keluarga, masyarakat atau institusi sosial atau dalam hidup bernegara.<br />
<br />
Tiap hari, kita disuguhkan dengan cerita, pemandangan dan laporan yang seolah telah menguras habis naluri dan perasaan kita.<br />
<br />
Karyawan yang sudah memiliki pasangan suami-istri tugas berdua dengan teman sekantor, kakek melecehkan cucunya, ayah menghamili anaknya, kakak bersingkuh dengan adik iparnya, Bupati atau mantan ketua organisasi besar melakukan korupsi, anak-anak para pejabat mabuk harta ketika orantuanya sedang berkuasa, para penegak hukumnya mudah disuap, semua telah ada nyata di depan mata kita.<br />
<br />
Boleh dikata, kejahatan moral berjalan secara sistematis dari kamar-kamar keluarga hingga ke ruang-ruang Istana.<br />
<br />
<b>***</b><br />
<br />
Rasa malu (<i>al haya’</i>) dalam Islam adalah salah satu cabang iman. Dalam sebuah hadits Rasulullah Muhammad mengatakan, “<i>Iman memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan 'La ilaha illallah' (tauhid), dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan. Dan malu adalah salah satu cabang iman." </i>[<b>HR. Bukhari, Muslim</b>]<br />
<br />
Dari sa’id bin Zaid ra bahwa seorang lelaki berkata: “<i>Wahai Rasulullah berilah aku wasiat. Rasulullah saw bersabda: "Aku berwasiat kepadamu agar kamu malu kepada Allah sebagaimana engkau malu kepada seorang lelaki shaleh dari kaummu”.</i> [Al-Zuhd, Imam Ahmad hal: 46 dan Al-Syu’ab karangan Al-Baihaqi : 6/145-146 no: 7738]<br />
<br />
<i>Al-haya’, </i>sangat berbeda dengan pengertian malu dalam kamus umum atau kamus psikologi yang mengambil istilah dari Barat, di mana mengartikan malu sebagai sesuatu rasa bersalah.<br />
<br />
<i>Al-haya’ </i>adalah malu yang didorong oleh rasa hormat dan segan terhadap sesuatu yang dipandang dapat membuat dirinya terhina atau melanggar prinsip syariat. Jika seseorang hendak melakukan sesuatu perbuatan tetapi kemudian mengurungkan niatnya karena terdapat akibat jelek yang bisa menurunkan harkat dirinya dimata orang yang dihormati, maka dia telah memiliki sifat <i>Al-haya’</i>. <br />
<br />
Dalam Islam, rasa malu termasuk dalam katagori <i>akhlaq mahmudah </i>(akhlaq terpuji). Karena itulah Nabi mengatakan, malu adalah sebagian dari iman. Rasulullah mengatakan, “Seseorang tidak akan mencuri bila ia beriman, tidak akan berzina bila ia beriman.” Bahkan Rasulullah juga menjelaskan <i>qalilul haya’ (</i>sedikit dan kurangnya malu), menyebabkan nilai ibadah menjadi hilang dan hapus.<br />
<br />
Dalam kajian akidah-akhlaq malu itu dibagi tiga. Pertama, malu terhadap diri sendiri. Merasa malu bila tidak menjalankan perintah dan tidak menjauhi larangan Allah swt. Kedua, malu terhadap masyarakat. Merasa malu bila melakukan kemaksiatan atau kemungkaran. Ketiga, malu kepada Allah. Di manapun kita berada, kita malu tidak menaati-Nya. Sebab di manapun semua kita yakin Allah pasti melihat dan mengawasi hamba-Nya.<br />
<br />
Dr. Amin Abdullah Asy-Syaqawy dalam kitabnya <i>“Al-Haya’ ” </i>(Rasa Malu) mengatakan, di antara sifat terpuji yang diseru oleh syara’ adalah sifat malu.<br />
<br />
Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata: “Dan akhlak malu ini termasuk akhlak yang paling baik mulia, agung., lebih banyak manfaatanya, sifat ini merupakan sifat khsusus bagi kemanusiaan, maka orang yang tidak memiliki rasa malu berarti tidak ada bagi dirinya sifat kemanusiaan kecuali dagingnya, darahnya dan bentuk fisiknya. Selain itu, dia tidak memiliki kebaikan apapun, dan kalaulah bukan karena sifat ini, yaitu rasa malu maka tamu tidak akan dihormati, janji tidak ditepati, amanah tidak ditunaikan dan kebutuhan seseorang tidak akan pernah terpenuhi, serta seseorang tidak akan berusaha mencari sifat-sifat yang baik untuk dikerjakan dan sifat-sifat yang buruk untuk dijauhi, aurat tidak akan ditutup dan seseorang tidak akan tercegah dari perbuatan mesum, sebab faktor utama yang mendorong seseorang melakukan hal ini baik faktor agama, yaitu dengan mengharapkan balasan dan akibat yang baik (dari sifat yang mulia ini) atau faktor duniawi yaitu perasaan malu orang yang melakukan keburukan terhadap sesama makhluk. Sunnguh telah jelas bahwa kalaulah bukan karena rasa malu terhadap Allah, Al-Khalik dan sesama makhluk maka pelakunya maka kebaikan tidak akan pernah tersentuh dan keburukan tidak akan pernah dijauhi…..dan setererusnya.” [Dikutip dari kitab <i>Al-Haya’ </i>Dr. Amin Abdullah Asy-Syaqawy, dari Darus sa’adah, Ibnul Qoyyim halaman: 277 di kitab: Nudhratun Na’im: 5/1802]<br />
<br />
Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda: "<i>Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang menampakkan kemaksiatannya, termasuk menampakkan kemaksiatan adalah bahwa seseorang berbuat mesum pada waktu malamnya lalu pada waktu paginya padahal Allah telah menutupi kemaksiatannya, namun dia mengatakan: Wahai fulan tadi malam aku telah berbuat ini dan ini, kemaksiatannya telah ditutupi oleh Allah lalu pada waktu pagi dia menyingkap apa yang telah disembunyikan oleh Allah”</i>. [<b>Shahih Bukhari</b>]<br />
<br />
Mereka ini mendapatkan bagian dari apa yang disebutkan oleh firman Allah swt:<br />
<br />
<i>“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui</i>.” [QS. Al-Nur: 19]<br />
<br />
<b>Jenis Malu</b><br />
<br />
Dalam kitab <i>“Madarijus Saalikin”, </i>Ibnul Qayyim membagi malu menjadi 10 kriteria malu. <i>Pertama, </i>malu karena berbuat salah, sebagaimana malunya Nabi Adam As yang melarikan diri dari surga, seraya ditegur oleh Allah SWT: "Mengapa engkau lari dari-Ku wahai Adam?" Adam kemudian menjawab: "Tidak wahai Rabbi, hanya aku malu terhadap Engkau."<br />
<br />
<i>Kedua, </i>malu karena keterbatasan diri seperti malunya para malaikat yang senantiasa bertasbih siang dan malam. Pada hari kiamat mereka berkata: "Maha suci Engkau, kami tidak menyembah kepeda-Mu sebenar-benarnya."<br />
<br />
<i>Ketiga,</i> malu karena ma'rifah yang mendalam kepada Allah SWT karena keagungan Allah SWT atas seorang hamba seperti malunya Nabi Nuh As ditegor Allah karena meminta keselamatan anaknya yang kafir.<br />
<br />
<i>Keempat, </i>malu karena kehalusan budi, seperti malu Rasulullah Saw kepada para Sahabat dalam walimahnya dengan Zainab.<br />
<br />
<i>Kelima, </i>malu karena kesopanan, seperti Ali bin Thalib malu bertanya kepada Rasulullah tentang hukum madzi.<br />
<br />
<i>Keenam</i>, malu karena merasa hina kepada Allah SWT, seperti malunya para Rasul ulul azhmi untuk meminta syafaat kubra di padang mahsyar karena kebijakan / kesalahan yang pernah diperbuatnya.<br />
<br />
<i>Ketujuh</i>, malu karena cinta kepada Allah SWT, bahkan ketika sendirian tidak ada seorangpun, sehingga ia selalu melakukan muraqabah, seperti kisah Nabi Musa As untuk tidak mandi dalam keadaan telanjang.<br />
<br />
<i>Kedelapan, </i>malu karena 'ubudiyah yang bercampur antara cinta, harap, dan takut. Seorang hamba akan malu karena yang disembahnya terlalu Agung padahal dirinya terlalu hina, sehingga mendorongnya untuk selalu ibadah.<br />
<br />
<i>Kesembilan, </i>malu karena kemulian seorang hamba yang wara' dan muru'ah sehingga biarpun ia telah memberi dan berkorban dengan mengeluarkan sesuatu yang baik, toh ia masih marasa malu kerena kemuliaan dirinya. Seperti malunya Umar bin Khattab melihat kedermawanan Abu Bakar.<br />
<br />
<i>Kesepuluh, </i>malu terhadap diri sendiri karena keagungan jiwa seorang hamba atas keridhaan perbuatan baik dirinya dan merasa puas terhadap kekurangan orang lain. Seolah-olah mereka mempunyai dua jiwa, yang satu malu dengan yang lainnya.<br />
<br />
<b>Tips Menjaga Sifat Malu</b><br />
<br />
Dari Abu Mas'ud Uqbah bin Amr Al Anshary Al Badry r.a dia berkata, Rasulullah SAW bersabda; “<i>Sesungguhnya ungkapan yang telah dikenal orang-orang dari ucapan nabi-nabi terdahulu adalah: Jika engkau tidak malu perbuatlah apa yang engkau suka.” </i>[<b>HR Bukhor</b>i]<br />
<br />
Hadits di atas mengisyaratkan bila rasa malu telah hilang dalam hati seseorang, maka alamat dia telah terjerumus menjadi manusia yang hilang akalnya, sehingga berbuat sesuka hatinya tanpa mengindahkan lagi aturan Allah SWT maupun kehormatan dirinya.<br />
<br />
Di bawah ini beberapa cara agar sifat malu masih tertanam dalam diri kita.<br />
<br />
<br />
1. Berdoa tiap saat agar Allah terus memberi hidayah dan taufiq nya. Serta berharap agar terus-menerus dalam pengawasan dan lindungan Allah<br />
<br />
Diriwayatkan dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda: ''<i>Sesungguhnya Allah yang Maha Mulia dan Maha Agung, bila berkehendak menjatuhkan seseorang maka Allah cabut dari orang itu rasa malunya. Ia hanya akan menerima kesusahan (dari orang banyak yang marah kepadanya). Melalui ungkapan kemarahan itu, hilang pulalah kepercayaan orang kepadanya.</i>”<br />
<br />
Mudah-mudahan diri dan keluarga kita terhindar dari tercerabutnya rahmat Allah, sehingga Allah tidak mencabut rasa malu yang kita miliki.<br />
<br />
2. Munculkanlah setiap saat perasaan malu jika ingin melakukan hal-hal yang dilarang Allah<br />
<br />
Rasa malu pada sesama akan mencegah seseorang dari melakukan perbuatan yang buruk dan akhlak yang hina. Sedangkan rasa malu kepada Allah akan mendorong untuk menjauhi semua larangan Allah dalam setiap kondisi dan keadaan, baik ketika bersama banyak orang ataupun saat sendiri tanpa siapa-siapa menyertai.<br />
<br />
Hendaklah tertanam setiap saat perasaan malu kepada Allah Ta’ala, dan kalau pun sudah tidak malu kepada Allah Ta’ala, setidaknya malul kepada malaikat yang tiap saat mencatat amal pebuatan kita. Jika tidak malu kepada malaikat, malulah kepada manusia, atasn kita, teman-teman kita. Jika tidak malu kepada manusia, malulah kepada keluarga di rumah, kalau pun tidak malu kepada keluarga, maka malulah kepada diri sendiri dan hendaklah jujur bahwa apa yang dilakukannya adalah kesalahan, minimal meragukan. Namun malu yang benar, pamrihnya hanya kepada Allah, bukan pada yang lain.<br />
<br />
3. Pupuklah iman dalam hati dan diri kita. Sebab antara iman dan rasa malu itu saling bergandengan<br />
<br />
Nabi bersabda, الحياء و الإيمان قرنا جميعا فإذا رفع أحدهما رفع الآخر<br />
<br />
<i>“Rasa malu dan iman itu terikat menjadi satu. Jika yang satu hilang maka yang lain juga akan hilang.” </i>[<b>HR. Hakim</b>] <br />
<br />
4. Ingatlah kematian jikan akan melakukan maksiat<br />
<br />
Nabi menjelaskan bahwa tanda memiliki rasa malu kepada Allah adalah menjaga anggota badan agar tidak digunakan untuk bermaksiat kepada Allah. Mengingat kematian, adalah cara tepat mencegah perbuatan maksiat. <br />
<br />
<i>"Hendaklah kalian malu kepada Allah Azza wajalla dengan sebenar-benarnya malu. Barangsiapa malu kepada Allah Azza wajalla dengan sebenar-benarnya malu, maka hendaklah ia menjaga kepala dan apa yang ada padanya, hendaklah ia menjaga perut dan apa yang dikandungnya, dan hendaklah ia selalu ingat kematian dan busuknya jasad. Barangsiapa menghendaki kehidupan akhirat hendaklah ia meninggalkan perhiasan dunia. Dan barangsiapa yang mengerjakan yang demikian, maka sesungguhnya ia telah malu kepada Allah Azzawajalla dengan sebenar-benarnya malu." </i>[<b>HR. at-Tirmidzi, Ahmad, al-Hakim</b>].<br />
<br />
Semoga, kita termasuk diantara segelintir manusia yang masih memilih rasa malu.</div><br />
</div>Bahlulhttp://www.blogger.com/profile/05760443716974501195noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1238807419547651437.post-34857050141091831222010-01-28T09:45:00.000-08:002010-01-28T09:55:27.089-08:00Memimpin dengan Rendah Hati<div class="fullpost" style="text-align: justify;">Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengingatkan <i><b>"Pemimpin adalah pelayan umatnya. Itulah sikap pemimpin dalam Islam. Bukan minta dilayani "<br />
</b></i> <br />
Setelah diumumkan pengangkatannya menjadi Khalifah, Umar bin Abdul Aziz menyendiri di rumahnya. Tak ada orang yang menemui, beliau pun tak mau keluar menemui seseorang.<br />
<br />
Dalam kesendirian itu, beliau menghabiskan waktu dengan bertafakkur, berdzikir, dan berdoa. Pengangkatannya sebagai khalifah tidak disambutnya dengan pesta, tetapi justru dengan cucuran air mata.<br />
<a name='more'></a><br />
Tiga hari kemudian beliau keluar. Para pengawal menyambutnya, hendak memberi hormat. Umar malah mencegahnya. "Kalian jangan memulai salam kepadaku, bahkan salam itu kewajiban saya kepada kalian."<br />
<br />
Itulah perintah pertama Khalifah kepada pengawal-pengawalnya.<br />
<br />
Umar menuju ke sebuah ruangan. Para pembesar dan tokoh telah menunggunya. Hadirin terdiam dan serentak bangkit berdiri memberi hormat. Apa kata beliau?<br />
<br />
"Wahai sekalian manusia, jika kalian berdiri, saya pun berdiri. Jika kalian duduk, saya pun duduk. Manusia itu sebenarnya hanya berhak berdiri di hadapan Rabbul-'Alamin."Itulah yang dikatakan pertama kali kepada rakyatnya.<br />
<br />
<b>Buka Hati</b><br />
<br />
Sikap pemimpin dalam Islam, sejatinya memang harus demikian. Sebagaimana kata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, pemimpin adalah pelayan umatnya.<br />
<br />
Sabda Nabi itu sungguh istimewa, sebab seorang pemimpin biasanya seperti seorang raja. Dan sebagai Khalifah, Umar bin Abdul Aziz mewarisi budaya yang demikian itu; hidup dalam gelimang kemewahan dan kekuasaan.<br />
<br />
Ternyata Umar tidak serta merta meneruskan budaya yang sebenarnya menguntungkannya secara pribadi itu. Beliau tak mau dihormati berlebihan dan hidup dalam kemewahan. Ia memilih sikap rendah hati dan sederhana.<br />
<br />
Sebagai pemimpin besar, bersikap rendah hati, sederhana, dan melayani tentu tidak mudah. Apalagi bila kesempatan bermewah-mewah itu memang terbuka di depan mata, siapa tak tergiur?<br />
<br />
Di negeri kita ini, kedudukan dan jabatan malah jadi rebutan. Bahkan banyak yang mati-matian berkorban apa saja, dengan segala cara, untuk mendapatkannya. Setelah berhasil meraihnya, pertama kali yang dilakukan adalah pesta kemenangan. Kemudian segeralah digunakan aji mumpung. Sim salabim, jadilah OKB (Orang Kaya Baru). Gaya hidup dan pergaulannya berbeda dengan sebelumnya. Seolah menikmati kemewahan itulah memang impiannya.<br />
<br />
Mari kita membuka hati ini. Dengan berbagai upaya dan gaya hidup mewah itu, apa sih sesungguhnya dicari? Dengan mobil mewah, rumah megah, pakaian serba mahal, apa sebenarnya yang dirindukan lubuk hati? Mungkin terdetak dorongan hidup terhormat dan dimuliakan.<br />
<br />
Tentu mencapai hidup seperti itu suatu yang normal saja. Malah aneh kalau ada orang bercita-cita hidup hina dan direndahkan. Tetapi benarkah kemuliaan dan kehormatan dapat dicapai dengan hidup berbungkus kemewahan? Coba sebutkan nama-nama orang yang menggetarkan hati karena kemuliaan dan kehormatannya. Cermati satu per satu. Benarkah hati Anda terkesan karena kemewahan mereka?<br />
<br />
Mari kita bercermin kepada Umar. Kita tenangkan hati dan jernihkan pikiran sejenak. Andai beliau memilih cara hidup mewah dan bermain kekuasaan sebagaimana raja-raja yang lain, akankah memiliki nama harum seperti saat ini?<br />
<br />
Mungkin saja kemewahan singgasana bisa menjadi topeng kemuliaan di muka rakyat. Tetapi berapa lama kemuliaan seperti itu bisa bertahan?<br />
<br />
Lihatlah para pejabat yang menyalahgunakan kekuasaan untuk kesombongan dan kemewahan. Bagaimana akhir kehidupan mereka? Masa tua tidak hidup damai, malah gundah gulana karena dijerat hukum. Terbukti bahwa kemuliaan yang dibungkus materi hanyalah semu dan tipuan belaka.<br />
<br />
Sungguh Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak menyukai orang-orang sombong. "<i>Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.</i>" [QS: Luqman: 18-19]<br />
<br />
<b>Misi Mulia</b><br />
<br />
Ya, memang tidak mudah untuk selalu rendah hati dan memilih hidup melayani. Apalagi kalau terjebak pada dorongan biologis dan egoisme semata. Maunya justru dilayani.<br />
<br />
Ketika sedang memegang kekuasaan, yang dipikirkan adalah apa yang dapat diambil dengan posisi ini, bukan kebaikan apa yang dapat diberikan pada orang lain. Melayani dirasakan sebagai suatu kehinaan, seolah yang harus melakukan adalah orang-orang rendahan. Padahal melayani inilah misi mulia yang sebenarnya diamanahkan Allah kepada hamba-Nya yang terpilih; Rasulullah dan orang-orang yang mengikuti jejaknya.<br />
<br />
"<i>Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.</i>" (Al-Anbiyaa': 107). Dengan berbagi rahmat, tersebarlah belas kasih dan kedamaian dalam kehidupan.<br />
<br />
Dalam bekerja, seorang pemimpin akan senantiasa berpikir bagaimana karyawannya sejahtera. Karyawan pun berpikir bagaimana bisa memberikan layanan terbaik melalui pekerjaannya.<br />
<br />
Sebagai pemimpin keluarga, seorang ayah yang mengasihi keluarganya akan mengantar pada suasana sakinah. Anak-anaknya pun termotivasi untuk meneladani dan berbakti kepada kedua orangtuanya.<br />
<br />
Setiap orang yang melayani dengan ikhlas berarti telah berpartisipasi menebar rahmat ke seluruh alam. Itulah tugas terhormat seorang pemimpin. Dan setiap kita pada hakikatnya adalah pemimpin, begitu sabda Rasulullah.<br />
<br />
Bila setiap orang berpikir minta dilayani, yang terjadi justru krisis. Pemimpin minta dilayani stafnya. Majikan memeras para karyawan. Petugas mempersulit rakyat. Orientasinya bukan rahmatan lil 'alamin, tetapi keuntungan pribadi.<br />
<br />
Kekayaan alam yang mestinya untuk kesejahteraan rakyat, malah dikuras untuk bermewah-mewah diri dan kroninya. Hutan digunduli sehingga banjir dan longsor di sana-sini. Rakyatlah yang jadi korban.<br />
<br />
Melihat perilaku pemimpin yang seperti itu, rakyat pun ikut-ikutan mencari keuntungan sendiri. Sudah kaya dan berkecukupan, namun belum bersyukur dan malah berebut bantuan yang mestinya untuk fakir miskin. Sungguh cara hidup yang tidak akan berujung kepada kemuliaan, tetapi justru kehinaan. Dan inilah yang banyak disaksikan di sekeliling kita sekarang.<br />
<br />
"<i>Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya."</i> [QS: Al-Israa': 16]<br />
<br />
Agar mampu <i>rahmatan lil 'alamin</i>, kita perlu mentransformasi diri. Pusat diri yang sebelumnya egoisme dan hawa nafsu, harus diganti dengan kebeningan nurani.<br />
<br />
<b>Sumber Inspirasi</b><br />
<br />
Bayangkan kalau ada orang yang rendah hati, menghormati sesama, dan suka melayani. Tidakkah hati Anda menyukai dan terkesan dengan keikhlasannya?<br />
<br />
Orang yang demikian itu akan membahagiakan hati sesama. Kalau dia seorang bapak, keluarganya akan menghormatinya dengan tulus. Kalau seorang ibu, anak-anaknya tentu akan senantiasa merindukan. Kalau seorang pemimpin, tentu akan menginspirasi hati sekalian rakyatnya.<br />
<br />
Umar bin Abdul Aziz telah membuktikan keberkahan rendah hati. Meski hanya menjabat dua tahun, terjadi perubahan besar. Akhlak rakyatnya yang sebelumnya buruk seketika berubah menjadi baik.<br />
<br />
Umat akan terinspirasi pemimpin yang rendah hati dan teramat jujur itu. Yang menjadi pembicaraan heboh saat itu di berbagai sudut kota, warung, sampai pinggiran ladang di desa adalah masalah iman dan amal shalih. Mungkin seheboh dunia ini ketika dihipnotis oleh perhelatan Piala Dunia yang belum lama berakhir.<br />
<br />
Masyarakat giat bekerja dan sejahtera. Kemakmuran mencapai puncaknya. Rakyat berdaya ekonominya dan mereka berlomba menunaikan zakat. Fakir miskin terentaskan sehingga sangat sulit mencari orang yang menerima zakat. Memberi dan memberi, itu yang menjadi paradigma mereka. Bukan meminta dan meminta.<br />
<br />
"<i>Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.</i>" [QS: Al-A'raaf: 96]<br />
<br />
Alam dan binatang pun digambarkan turut berbahagia. Para gembala yang biasanya takut kambingnya terancam dimakan oleh serigala, saat itu kedua binatang ini seolah berteman saja. Pintu keberkahan dibuka Allah bila manusia telah menunaikan tugas sebagai khalifah.<br />
<br />
Atas prestasi gemilang itu, tidak mengherankan jika beliau digolongkan sebagai <i>Khulafa'u Ar-Rasyidin </i>kelima setelah Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. <i><b>Hanif Hannan</b> <a href="http://hidayatullah.com/">hidayatullah.com</a><br />
</i><br />
<br />
</div>Bahlulhttp://www.blogger.com/profile/05760443716974501195noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1238807419547651437.post-64493591503919619542010-01-28T03:23:00.001-08:002010-01-28T22:37:47.334-08:00Hindari Debat<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///D:%5CDOCUME%7E1%5Cfuad%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///D:%5CDOCUME%7E1%5Cfuad%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_editdata.mso" rel="Edit-Time-Data"></link><link href="file:///D:%5CDOCUME%7E1%5Cfuad%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///D:%5CDOCUME%7E1%5Cfuad%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <span style="font-size: small;"><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></span><span style="font-size: small;">"Yang paling dibenci Nabi dan paling jauh jaraknya dari beliau pada hari Kiamat adalah para penceloteh yang banyak bicara." <br />
<br />
</span><span style="font-size: small;">Salah satu tontonan terbanyak di TV kita saat ini selain <i>ghibah</i> (gossip, red) adalah berdebat. Anggota DPR berdebat dengan LSM, Polisi berdebat dengan pengacara, dan beberapa prihal lainnya.<br />
<br />
Akibat berdebat, baru-baru ini seorang pengacara ternama hampir saja berduel. Gara-gara berdebat pula, tahun 2003, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jacob Nuwa Wea “menyerang” dan memukul kepala koordinator ICW Danang Widyoko di sebuah acara <i>Today's Dialog</i> di<i> Metro TV</i>. Tak hanya memukul, sang menteri juga dinilai menghina Danang dengan kata-kata.<br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><a name='more'></a><span style="font-size: small;"><br />
Islam mengenal istilah <i>jidal</i>. Para ulama menafsirkannya dengan perdebatan dalam hal-hal yang tidak berguna atau tidak bermanfaat. Jidal adalah termasuk dalam perdebatan yang dilarang adalah semua perdebatan yang menyebabkan kegaduhan, mudharat kepada orang lain atau mengurangi ketentraman. Sementara perdebatan yang baik dan masih diperbolehkan adalah perdebatan untuk menjelaskan kebenaran sebagai kebenaran dan kebatilan sebagai kebatilan.<br />
</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a., ia berkata, <i>“Rasulullah saw. bersabda, ‘Orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang paling keras penantangnya lagi lihai bersilat lidah’.” </i>(HR Bukhari [2457] dan Muslim [2668]). <br />
<br />
Diriwayatkan dari Abu Umamah r.a., ia berkata: <i>“Rasulullah saw .bersabda, “Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapat petunjuk kecuali karena mereka gemar berdebat. Kemudian Rasulullah saw. membacakan ayat, “Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.” (Az-Zukhruf: 58).”</i> (Hasan, HR Tirmidzi [3253], Ibnu Majah [48], Ahmad [V/252-256], dan Hakim [II/447-448]).<br />
<br />
Diriwayatkan dari Abu Ustman an-Nahdi, dalam sebuah hadist lain, ia berkata, <i>“Aku duduk di bawah mimbar Umar, saat itu beliau sedang menyampaikan khutbah kepada manusia. Ia berkata dalam khutbahnya, Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Sesungguhnya, perkara yang sangat aku takutkan atas ummat ini adalah orang munafik yang lihai bersilat lidah’.”</i> [HR Ahmad]<br />
<br />
Kerap dijumpai di tengah masyarakat, peristiwa yang berakhir saling bunuh atau saling membinasakan. Jika ditelisik lebih jauh, kejadian tersebut bermula dari cekcok dan salah paham. Ini menjadi indikasi bahwa lidah memiliki bahaya besar bila tak dijaga.<br />
<br />
Berikut beberapa adab terkait dengan urusan lidah atau bercakap.Islam adalah agama yang sangat rapi mengatur umatnya. Terhadap hal-hal sekecil apapun, Allah SWT sudah mengatur. Dalam Islam, berbicara, berbahasa dan bercakap-cakap harus punya adab dan sopan-santun nya. Di bawah ini adalah adab-adab berbicara dalam Islam yang harus menjadi pegangan kita.<br />
<b><br />
Adab Bercakap</b><br />
<br />
<b>1. Ucapan Bermanfaat</b><br />
<br />
Dalam kamus seorang Muslim, hanya ada dua pilihan ketika hendak bercakap dengan orang lain. Mengucapkan sesuatu yang baik atau memilih diam. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam (SAW) bersabda, <i>"Barang siapa mengaku beriman kepada Allah dan hari Pembalasan hendaknya ia berkata yang baik atau memilih diam." </i>(Riwayat al-Bukhari).<br />
<b><br />
2. Bernilai Sedekah</b><br />
<br />
<i>"Setiap tulang itu memiliki kewajiban bersedekah setiap hari. Di antaranya, memberikan boncengan kepada orang lain di atas kendaraannya, membantu mengangkatkan barang orang lain ke atas tunggangannya, atau sepotong kalimat yang diucapkan dengan baik dan santun." </i>(Riwayat al-Bukhari).<br />
<br />
<b>3. Menjauhi Pembicaraan Sia-Sia</b><br />
<br />
Sebaiknya menghindari pembicaraan berujung kepada kesia-siaan dan dosa semata. <i>"Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh jaraknya dariku pada hari Kiamat adalah para penceloteh lagi banyak bicara." </i>(Riwayat at-Tirmidzi) .<br />
<br />
<b>4. Tidak Terperangkap Ghibah</b><br />
<br />
<i>"…Dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." </i>(al-Hujurat [49]: 12).<br />
<br />
<b>5. Tidak Mengadu Domba</b><br />
<br />
Hudzaifah Radhiyallahu anhu (RA) meriwayatkan, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, <i>"Tak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba."</i> (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).<br />
<br />
<b>6. Tidak Berbohong</b><br />
<br />
<i>"Sesungguhnya kejujuran itu mendatangkan kebaikan, dan kebaikan itu akan berujung kepada surga. Dan orang yang senantiasa berbuat jujur niscaya tercatat sebagai orang jujur. Dan sesungguhnya kebohongan itu mendatangkan kejelekan, dan kejelekan itu hanya berujung kepada neraka. Dan orang yang suka berbohong niscaya tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta." </i>(Riwayat al-Bukhari).<br />
<br />
<b>7. Menghindari Perdebatan</b><br />
<br />
Sedapat mungkin menjauhi perdebatan dengan lawan bicara. Meskipun boleh jadi kita berada di pihak yang benar. Sebab Rasulullah SAW telah menjamin sebuah istana di surga bagi mereka yang mampu menahan diri. <i>"Aku menjamin sebuah istana di halaman surga bagi mereka yang meninggalkan perdebatan meskipun ia berhak untuk itu." </i>(Riwayat Abu Daud, dishahihkan oleh al-Albani).<br />
<br />
<b>8. Tak Memotong Pembicaraan</b><br />
<br />
Suatu hari seorang Arab Badui datang menemui Rasulullah SAW, ia langsung memotong pembicaraan beliau dan bertanya tentang hari Kiamat. Namun Rasulullah tetap melanjutkan hingga selesai pembicaraannya. Setelah itu baru beliau mencari si penanya tadi. (Riwayat al-Bukhari)<br />
<br />
9. Hindari Mengolok dan Memanggil dengan Gelar yang buruk<br />
<br />
<i>"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olok) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) . Dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan yang lain. Karena boleh jadi perempuan (yang diperolok-olok) itu lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok) itu. Janganlah kamu saling mencela satu sama lain. Dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa yang tak bertobat maka mereka itulah orang-orang yang zalim." </i>(al-Hujurat [49]: 11).<br />
<br />
10. Menjaga Rahasia<br />
<br />
<i>"Tiadalah seorang Muslim menutupi rahasia saudaranya di dunia kecuali Allah menutupi (pula) rahasianya pada hari Kiamat." </i>(Riwayat Muslim). </span><span style="font-size: small;"><o:p></o:p></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div>Bahlulhttp://www.blogger.com/profile/05760443716974501195noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1238807419547651437.post-37741547284571837972010-01-27T00:14:00.000-08:002010-01-28T04:57:04.868-08:00Tugas Kita Bukan Sekolah<div class="article-toolswrap" style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Di tangan orangtualah anak-anak tumbuh dan menemukan jalan-jalannya. Ajari kebaikan dan pilihkan sekolah agama yang baik<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><i><b></b></i>Jumat malam, menjelang penutupan tahun 2009, seorang teman mengadu. Ia begitu kecewa dengan sekolah tempat anaknya belajar. “Saya sudah bayar mahal-mahal, hasilnya cuma segitu,“ ujar pria, sebut saja namanya Ilham (35). Pekerja super sibuk ini tentu punya asalan mengapa ia begitu marah. Menurutnya, ia sudah memilih sekolah yang tepat, gedung megah, fasilitas lengkap, dan teman-teman terhormat. Semuanya sudah ada. Berkualitas. Kurang apa lagi?<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><a name='more'></a><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">Tapi nampaknya ia kecele. Setelah beberapa tahun perjalanan perkembangan sang anak, ia tak menemui sikap dan tindakan sang buah hati seperti yang diharapkannya. Ia mengaku, anaknya punya nilai akademik di atas rata-rata. Hanya kesopan dan akidahnya di bawah rata-rata.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ilham adalah seorang manager sebuah perusahaan besar dengan gaji lumayan. Demi masa depan anaknya, ia bekerja banting-tulang dan pulang malam. Hanya sedikit waktu bertemu dengan buah hatinya. Hari panjangnya bertemu anak dan keluarganya hanya hari Ahad. Setiap hari, jika ia datang, ditemui anaknya sudah terlelap. Meski tak banyak waktu yang ia contohkan tentang kehidupan pada buah hatinya, ia tetap berharap, anaknya bisa menjadi anak yang baik. “Masa lalu saya cukup buruk dan tidak mengerti agama, jangan sampai anak saya ikut seperti saya, “ tambahnya.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Tauladan</b><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Anak merupakan amanah dari Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala</i>. Karena amanah, maka kelak Dia akan meminta pertanggungjawaban kepada kita atas amanah tersebut.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jika anak-anak tumbuh menjadi shalih dan shalihah, tentu akan membawa keuntungan dunia dan akhirat bagi orangtuanya. Sebaliknya, jika orangtua lalai dalam mengajar dan mendidik, keberadaannya akan membawa bencana dunia dan akhirat. Banyak orangtua percaya, uang bisa “menyulap” akhlak anak. Mereka memposisikan sekolah seperti pabrik atau penitipan sepeda. Padahal seorang anak adalah manusia. Sering pula orangtua menyangka, nilai akademis selalu sejajar dengan perilaku baik dan akidah yang lurus. Banyak kasus di negeri ini orang-orang bertindah ceroboh, melakukan korupsi dan melakukan kejahatan bahkan dari orang-orang terdidik dan pandai.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Para orangtua menilai dengan menitipkan seorang anak di lembaga pendidikan, semuanya selesai. Sementara di rumah, apa yang anak dapat tak sama dengan nilai-nilai yang diajarkan di sekolahnya. Tak ada keteladanan yang diperolah dari anak menyebabkan mereka bimbang terhadap nilai-nilai. Di sekolah ia diajarkan kebaikan, dilarang berbuat kasar, memaki, berbuat sopan, sementara di rumahnya ibu-bapaknya setiap hari berlaku kasar dan tak mencontohkan nilai-nilai kebaikan.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lembaga pendidikan hanya institusi menjalankan proses pendidikan dan mengenalkan nilai. Anak hanya mampir sesaat di sekolah. Hari-hari panjang justru berada di rumah. Di sinilah tugas para orangtua mengawal apa yang telah diperoleh di sekolah. Itulah sinergi terbaik antara sekolah dan orangtua. Yang terjadi sering sebaliknya. Para orangtua sering menyalahkan sekolah, padahal kesalahan ada pada orangtua.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sesungguhnya tugas pendidikan ada pada keluarga dan sekolah. Namun pertanggujawabannya di akhirat, di hadapan Allah SWT tetap para orangtua.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Terkait dengan mendidik anak, di Islam memberikan tuntunan sangat baik. Di bawah beberapa tip dan tuntunan ajaran Islam:<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Tanamkan Akidah yang Benar</b><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ini hal yang sangat penting. Jika anak-anak memiliki akidah yang benar, maka itu lahan subur bagi tumbuhnya kebaikan-kebaikan. Tidak ada kebaikan pada diri anak yang akidahnya melenceng. Penanaman akidah harus dimulai dari orangtua, dari rumah. Tunjukkanlah akidah yang lurus. Jika kita tak memiliki semua itu, setidaknya, pilihkanlah mereka sekolah-sekolah yang baik, di mana Islam menjadi bagian utama dari dasar pijakannya.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Rasulullah<i> Shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> bersabda,<i> “Wahai anak, aku akan ajarkan padamu beberapa kalimat: Jagalah Allah pasti engkau akan dapati Allah di hadapanmu. Jika engkau meminta, maka mintalah kepada Allah. Ketahuilah bahwa jika seluruh umat berkumpul untuk menolongmu, mereka tidak bisa menolongmu dengan sesuatu kecuali atas hal yang telah Allah takdirkan. Ketahuilah bahwa jika seluruh umat berkumpul untuk mencelakaimu, mereka tidak bisa mencelakaimu dengan sesuatu kecuali atas yang telah Allah takdirkan, pena-pena telah diangkat dan catatan-catatan telah kering.” </i>(Riwayat Ahmad dan Tirmidzi)<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Allah berfirman,<i> “Hai orang-orang beriman, peliharalah diri-diri kamu dan keluargamu dari api neraka.”</i> [QS: At Tahrim ayat 6]<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Memohon Pahala</b><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Rasulullah bersabda,<i> “Jika seseorang menafkahkan hartanya kepada keluarganya dengan mengharap pahala, maka baginya adalah pahala sedekah.”</i> (Riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Mas’ud)<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Ingatkan Shalat</b><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Shalat merupakan kewajiban paling utama seorang hamba terhadap Allah. Rasulullah menegaskan, <i>“Perintahkan anakmu untuk shalat saat usia tujuh tahun dan pukullah mereka (jika meninggalkan shalat) saat usia sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka.”</i> (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Hakim, Baihaqi, dan lain-lain)<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Menuntun Berakhlak Baik </b><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Mustahil mengajarkan kebaikan jika yang dilihat anak di rumah setiap jam, setiap hari justru keburukan. Di tangan orangtualah anak-anak tumbuh dan menemukan jalan-jalannya. Jika yang dilihat setiap saat buah keburukan, di masa datang, orangtua akan panen keburukan. Begitu pula sebaliknya.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Membiasakan praktik-praktik sunnah dalam kehidupan keseharian. Misalnya makan dengan membaca "Bismillah" dan membiasakan berdoa, mengakhirinya dengan "Alhamdulillah", masuk/keluar rumah dengan “Salam”, dll. Menghapalkan doa-doa sejak sedini mungkin memberikan pengaruh besar dalam perkembangan kejiwaan anak.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Mulailai kebaikan dari diri sendiri sebelum mengajarkan pada anak-anak kita. Sekecil apapun.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Umar bin Abu Salamah Radhiyallahu ‘anhu saat masih kecil dalam asuhan Rasulullah, tangannya ke sana ke mari di atas makanan. Dia bersabda,<i> “Wahai anak, bacalah ‘Bismillah’, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang dekat darimu.” </i>(Riwayat Bukhari dan Muslim dari Umar bin Abu Salamah)<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tanamkan kepada mereka akhlak-akhlak mulia. Ajari berkata dan bersikap jujur, berbakti kepada orangtua, dermawan, menghormati yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda, serta beragam akhlak lainnya.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Melarang mereka dalam perbuatan yang diharamkan. Ajarkan sejak sedini mungkin beragam perbuatan yang tidak baik atau bahkan diharamkan. Tidak merokok, berjudi, minum khamr, mencuri, mengambil hak orang lain, zhalim, durhaka kepada orangtua, dan segenap perbuatan haram lainnya.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Memisahkan Tempat Tidur</b><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Memasuki usia sepuluh tahun, pisahkanlah tempat tidurnya. Anak-anak pada usia ini sudah terhitung dewasa dan mendekati masa baligh (puber), gairahnya mulai muncul, maka memisahkan tidur mereka akan mencegah petaka yang tidak diinginkan. Rasulullah bersabda, “<i>…pisahkanlah tempat tidur mereka.”</i> (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Al-Hakim, Baihaqi, dan lain-lain)<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Berbuat Adil</b><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tidak bijak bila membeda-bedakan anak dalam berinteraksi dan menafkahi. Perlakuan pilih kasih kerap membawa permusuhan di antara saudara. Hal itu merupakan bentuk kezhaliman terhadap anak.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Rasulullah bersabda, <i>”Aku tidak akan bersaksi atas suatu kejahatan, takutlah kamu kepada Allah dan berbuat adillah kepada anak-anakmu.” </i>(Riwayat Bukhari dan Muslim dari Nu’man bin Basyir)<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Lemah Lembut, Bermain, dan Mencium</b><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Rasulullah tidak segan mengajak anak-anak untuk bermain, berlaku lemah lembut, serta mendekati dan mencium mereka. Simaklah bagaimana cara Rasulullah memanggil mereka, “Wahai anakku.” Hindari cacian, cibiran, perbanyak pujian.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Tegas Saat Diperlukan</b><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Anak yang tidak pernah mendapat hukuman (saat diperlukan) akan mempunyai tabiat yang kurang bagus. Hendaklah orangtua bisa menunjukkan kepada anak-anak dan keluarganya bahwa dia adalah orang yang tegas dan keras saat kondisi mengharuskan itu.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Rasulullah pernah bersabda,<i> “…pukullah mereka (jika meninggalkan shalat) saat usia sepuluh tahun.” </i>(Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi).<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Juga, <i>“Gantunglah cambuk di tempat yang bisa dilihat oleh anggota keluargamu, karena hal itu akan menjadi sebuah pelajaran.”</i> (Riwayat Bukhari dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad)<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Selain yang terurai di atas, hendaknya para orangtua tampil menjadi teladan bagi buah hatinya, lalu mengajari ilmu yang membawa kemanfaatan dunia dan akhirat, serta tidak mendoakan yang buruk kepada mereka (anak-anak).<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Pertanggujawaban</b><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap di antara kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban.” Mudah-mudahan kita semua selamat di dunia dan di akhirat untuk mengantarkan anak-anak kita ketika kelak dihadapkan pada mahkamah Allah. [<b>atw/cha</b><br />
</div>Bahlulhttp://www.blogger.com/profile/05760443716974501195noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1238807419547651437.post-30364863020035986852010-01-26T23:59:00.000-08:002010-01-28T09:50:30.071-08:00Lakahiwa Abiturent<div style="text-align: justify;">Akhirnya.....terpilih juga nama angkatan yang bakalan ngiringin sejarah perjuangan kita sampai akhir nanti. Setelah mengalami persaingan yang cukup ketat antara nominasi-nominasi yang ada. Gak mudah loh....nentuin sebuah pilihan yang bener2 cucok n' seSuai dengan karakter angkatan Qta, makanya pemilihannya cukup ketat.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Cukup ketat buangeeeeetttt????ya iyalah bRooo..masa ya iyalah donk..kan Mulan Jamilah bukan Mulan Jamdonk.he..he..he..ho..keSelek w..!!!gimana gak ketat bRoo..wong nominasinya za sampe 19 nama.... ssssttt(byar pas ma angkatan ke 19 gtu)secret yaa...tapi pastinya pemilihan ini gak kalah serunya loh...ma pemilu2 di setiap daerah yang ada di luar.So pasti donk...penasaran kan sama kronologi pemilihannya....simak nih ya....barenk2 ceritanya..<br />
</div><div style="text-align: justify;">Berawal pada malam jum'at tanggal 17 januari 2008 Qta2 pada ngumpul barenk bwt ngerembukin jadinya tuh nama angkatan Qta.Maka mulailah anak2 niha'i berbondong2 tuk ngfajuin masing2 nama yang udah mereka kulik n' design beserta makna n' filosofinya masing2...nominasi yang muncul adalah sbb;......<br />
</div><div style="text-align: justify;">.<br />
<a name='more'></a><br />
</div><div style="text-align: justify;">Fitzroy (AsKoer), Vanadium (Rindang n' Dony), Mandala (Andi n' Fikri), Safant (Aji), Lakahiwa (kalong genk), Wadi Halfa (Rizqi F, Y), Grevana (Asep n), Viressa (Fudhael), Granada (Rendi), Sunchi (Iman), Damansara (Hilman), Alfasana (Adrian), Hilversum (Danang), Aklavikas (Askoer), Delforent (Kabul), Dzurrohmah (Rizqi F. Y), Sevilla (RizQian), Virtulants (Reza) n' the last Gracias (Rio).<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">How?????banyak kan .....so dimulailah voting awal yang pada akhirnya menghasilkan 5 nama yang berhak melaju ke babak final yaitu: Grevana, Mandala, Grenada, Lakahiwa n' Sevilla.So...because waktu dah terlalu malam, maka Qta pending voting pemilihanya sampe besok hari selepas shalat Jum'at.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Besoknya....ba'da Jum'atan Qta langsung pada kumpul lagi bwt ngelanjutin pemilihan tadi malem, but tiba2 za salah 1 anak niha'i ada yang ngusulin klo pemilihannya ditunda sampe besok hari za..because he said "kan tanggal 19 januari 2008 bertepatan ma angkatan Qta sekaligus cerita punya cerita hari tu juga bertepatan ma hari Asyura 10 Muharram gtu lokh.....setelah perseturuan yang mulai memanas diantara Qta yang cukup alot...(udeh kaya kerupuk za ya)alhamdulillah.....terpilih juga salah 1 dari 5 nominasi final...yaitu......LAKAHIWA yang mempunyai makna n' filosofi yang dalem buangeeeeeettttt lokh... (udeh kaya sumur za dalem).<br />
</div><div style="text-align: justify;">LAKAHIWA yang mempunyai makna n' filosofi yang dalem ntu sbb dibawah ini:.....<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">LAKAHIWA.......nama yang biasa namun beda, bahkan orang awam akan mengira bahwa Qta telah kehabisan kata untuk nama angkatan ini, sehingga LAKAHIWA muncul kembali sebagai penguasa setelah sukses diawal tahun menemani Qta dalam suka n' duka, namun bwt Qta LAKAHIWA amat luar biasaaa karena srat dengan kenangan n' makna yang tak akan Qta lupakan selamanya n' akan Qta tanamkan dalam hati Qta untuk menjadi insan hakiki anu sae iman n' taqwana demi menggapai ridho ALLAH T A'ALA.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">* LAKAHIWA awal kata dari bahasa NTT artinya 19...hal ini menunjukkan bahwa kami adalah angkatan ke 19.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">* LAngkah Kelas Akhir menuju HatI yang beriman dan bertaqwa. "kami akan selalu menjaga kesucian hati ini sebagaimana orang yang beriman dan bertaqwa menjaga hati mereka"<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">* LAKA HIWAAUN = LAKA IRADATUN QOWIYYATUN (B. Arab) "kesuksesan kami ada pada kemauan keras yang kami miliki karena kami yakin apabila ada kemauan pasti akan menunjukkan jalan solusinya"<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">* LAN YANFAKKUL MAAU MINAL KADARI WA INNA HAIBATAL INSANIYATI BIWUJUDIL AKHLAQIL FAADHILATI."air tidak akan pernah lepas dari pada kekeruhan dan sesungguhnya kewibawaan manusia itu dengan adanya akhlak yang baik" "tiada yang sempurna di muka bumi ini, maka janganlah berharap menjadi orang yang berwibawa seandainya belum berbuat baik kepada sesama karena wibawa itu tidak untuk dicari namun akan datang dengan sendrinya kepada yang berakhlak mulia."<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">* Learn and know how to inspire us as water. "belajar dan mengetahui bagaimana menginspirasikan diri kita seperti air."<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Itulah alasan kami mengapa air menjadi symbol bagi marhalah kami, diantaranya sbb:<br />
</div><div style="text-align: justify;">=> Air mengalir dari dataran tinggi ke dataran yang rendah.artinya bahwa air itu dapat memberikan kehidupan kepada siapapun yang hidup di muka bumi ini tanpa mengenal harta dan jabatan. Mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini sesuai dengan firman ALLAH swt yang artinya "ALLAH telah menciptakan air hujan dari langit maka mengalirlah air dari lembah-lembah menurut ukurannya.(Q.S. Ar-Ra'du 17)."Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian maka daripadanya mereka makan". Begitu pun kami akan menjalani hidup ini dengan selalu istiqomah atas segala apa yang diberikanNya tanpa merasa terbebani oleh siapapun dan apapun. Dan kami akan selalu menolong siapapun yang membutuhkannya dengan menanamkan di hati ini demi menggapai mardhotillah....<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">=> Sekecil apapun lubang, air pasti akan dapat menembusnya. Artinya sekecil apapun kemampuan yang kami miliki selama kami mempunyai harapan disertai doa dan usaha yang keras untuk mendapatkan apa yang kami inginkan kami yakin pasti bissa mendapatkannya.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">=> Air yang diam itu lebih berbahaya daripada air yang mengalir deras. Artinya Diamnya kami bukan berarti bodoh atau tidak bisa melakukan apa-apa, tapi diamnya kami adalah diamnya orang yang tawadhu akan ilmu yang kami miliki.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">=> Air merupakan elemen terpenting dalam kehidupan ini, tanpanya semua makhluk hidup tidak dapat melangsungkan kehidupannya. Itulah harapan yang kami impikan untuk menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama terlebih bagi kedua orang tua kami yang telah mengorbankan segala-galanya untuk kebaikan masa depan kami di dunia maupun di akhirat.<br />
</div>Bahlulhttp://www.blogger.com/profile/05760443716974501195noreply@blogger.com0